Orang tua harus bisa menjadi tokoh idola bagi anak. Sebesar apa pun pengaruh lingkungan, anak akan tetap mencontoh ayah-ibunya.Susahnya hidup tanpa pembantu benar-benar dirasakan oleh Arie Wahyuni, 37 tahun, pada Oktober 2009. Tak ada yang membantu mengurus rumah, khususnya menjaga kedua anaknya saat ditinggal bekerja.
Tiga hari sebelum Lebaran, pembantunya pulang kampung. Namun, setelah Lebaran, melalui telepon ia pamit tak balik lagi ke Bintaro, Jakarta Selatan, tempat tinggal keluarga Arie.Kepergian pembantu dari rumah Arie bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dua pembantu mengundurkan diri tanpa alasan jelas. Baru pada pengujung 2009, alasan itu terjawab. "Gak kuat ngadepiri Leo," Arie berkisah kepada Tempo, Selasa lalu.Leo, 6 tahun, adalah anak pertama Arie. Siswa kelas I sekolah dasar ini, menurut Arie, memang bersifat keras. Segala keinginannya harus segera dipenuhi. Dari salah satu saudaranya yang dulu mencarikan pembantu, Arie mendapat cerita. "Leo sering membentak (pembantu) dengan kasar" cerita Arie.Kaget. Begitu yang dirasa Arie. Tanpa sepengetahuan dia, Leo memiliki perilaku berkata kasar. Tak hanya kepada pembantu, bahkan kepada ibu, ayah, dan teman-teman seba-yanya. "Tidak tahu apa penyebabnya," kata dia.
Psikolog anak Anna Surti Ariani mengatakan banyak penyebab anak bertingkah laku tidak sopan. Ini bisa dilihat dalam dua hal, yakni perilaku anak dan sikap yang mendasari.Tidak hanya kepada pembantu, kelakuan tidak sopan bisa saja ditunjukkan kepada orang miskin atau orang cacat Tabiat seperti itu bisa muncul karena pengaruh lingkungan terdekat. Misalnya sikap orang tua yang memperlakukan orang dengan tidak sopan atau menganggap derajat orang tertentu berada di bawah mereka. Ini akan dengan mudah ditiru oleh anak-anak. Bisa juga pengaruh dari lingkungan pergaulan. Orang tua sebenarnya memiliki Dera- % ngai yang sopan, namun teman-teman si anak tidak."Bisa juga pengaruh televisi," kata psikolog yang biasa dipanggil Nina ini, Rabu lalu.
Sikap yang mendasari anak berlaku tidak sopan, menurut Nina, bisa muncul karena paradigma orang tua terhadap orang-orang sekitar. Misalnya, orang tua menanamkan kepada anak sikap untuk tidak memilih teman dari keluarga miskin, karena lebih rendah derajatnya. Atau menyebut bahwa pembantu itu adalah orang suruhan keluarga.Munculnya tabiat tidak sopan pada anak melalui dua tahap, yakni ide dan tindakan. Ide muncul dari pengamatan terhadap perilaku tidak sopan dari orang-orang terdekatnya. Kemudian anak mencoba me-niru tingkah laku tersebut.Saat-saat awal anak melakukan perbuatan tidak sopan inilah yang paling menentukan. Bila orang tua, pembantu, dan orang-orang terdekat tidak mengingatkan, anak akan menganggap perilaku tersebut tidak dilarang.
Misalnya ketika anak meminta sesuatu kepada orang tua atau kepada pembantu dengan cara membentak. Kalau kemudian itu dituruti, anak akan menganggap bahwa, dengan cara seperti itu, apa yang diinginkannya akan terpenuhi. "Yang awalnya cuma ide, karena tidak ada interupsi dari orang tua, akhirnya menjadi perilaku yang termantapkan," Nina menjelaskan.Apa yang sebaiknya dilakukan orang tua dalam menghadapi perilaku anak seperti itu? Tidak perlu dengan sikap galak, keras, atau memarahinya, kata Nina seraya memberikan sebuah rumusan tegas dan dekat Tegas, menurut dia, berbeda dengan galak, tapi maksudnya bersikap konsisten yang disampaikan dengan perasaan kasih sayang. "Misalnya, kalau si anak minta sesuatu dengan keras, Ibu tak mau mengam-bilkan, ah," ujar Nina memberi ilustrasi.
Biasakan anak menggunakan kata "tolong" ketika meminta sesuatu kepada orang lain, baik kepada pembantu maupun anggota keluarga sendiri. Setelah anak bisa menggunakan kata tolong, ikuti dengan selalu memberi pujian. Dengan cara seperti ini, anak akan terdorong bersikap sopan kepada orang lain. Kebiasaan seperti ini harus ditanamkan sejak dini. Karena, kalau sudah dewasa, akan lebih sulitYang tidak boleh dilupakan adalah keteladanan dari orang tua. Orang tua harus bisa menjadi tokoh idola bagi anak-anaknya. Dengan demikian, sebesar apa pun pengaruh lingkungan, anak akan tetap mencontoh orang tua. Bagaimanapun perilaku yang ditanamkan orang tua, tanpa keteladanan akan percuma.
0 komentar:
Posting Komentar